Bismillahirrahmanirrahiim
Syekh Umru Usman Sairifini dan Syekh Abdul-Haq Harini
menjelaskan sebagai berikut:
"Pada hari ketiga bulan Safar tahun Burung 555, kami
duduk di hadapan Guru (Sayyid Abdul Qadir Al-Jaelani qs.) di madrasahnya. Ia
berdiri lalu mengenakan sepasang bakiak (sandal kayu) dan mengambil wudhu.
Arkian, ia mengucapkan dua doa dan berteriak keras sambil melemparkan sebelah
bakiaknya ke udara, selanjutnya bakiak itu pun lenyap. Dengan teriakan
selanjutnya, Guru melemparkan bakiak yang satunya lagi ke udara dan ini pun
lenyap dari penglihatan kami. Tak seorang pun yang hadir di situ berani
bertanya kepadanya tentang peristiwa itu.
Tiga puluh hari setelah kejadian tersebut, sebuah kafilah
tiba di Baghdad dari Timur. Para anggotanya mengatakan bahwa mereka
berkeinginan memberi hadiah kepada Guru. Lalu kami berkonsultasi dengan Guru
dan ia mengijinkan kami untuk menerima hadiah itu. Adapun hadiah yang diberikan
para anggota kafilah itu berupa sutra dan pakaian lainnya serta sepasang sandal
yang serupa dengan sandal yang ia lemparkan tempo hari. Kemudian mereka
bercerita:
'Pada hari ketiga bulan Safar, bertepatan dengan hari Senin,
ketika kami sedang berjalan tiba-tiba ada serangan dari para penyamun Arab di
bawah dua pimpinannya. Para penyamun itu membunuh beberapa anggota rombongan
kami dan merampas barang barang kami. Kemudian mereka segera masuk ke hutan
untuk membagi hasil jarahannya. Kami yang selamat berkumpul di tepi hutan itu.
Pada saat itu kami teringat untuk memohon pertolongan Sayyid (Abdul Qadir
al-Jaelani qs.) atas bencana yang menimpa kami, karena kami kehilangan arah dan
tujuan setelah peristiwa itu untuk melanjutkan perjalanan. Kami memutuskan akan
memberikan hadiah kepadanya sebagai tanda terima kasih, apabila setidaknya kami
tiba di Baghdad dengan selamat --suatu hal yang tidak mungkin apabila melihat
situasi yang terjadi.
Setelah kami membuat keputusan itu, tiba-tiba kami
dikejutkan oleh suatu suara, dua kali teriakan yang bergema menembus hutan itu.
Kami menduga bahwa gerombolan penyamun itu telah diserang kelompok lainnya dan
setelah itu mungkin terjadi perkelahian. Namun tiba-tiba sebagian bandit tadi
datang kepada kami dan mengatakan bahwa sesuatu telah menimpa mereka. Mereka
memohon kami untuk menerima kembali perbekalan kami. Lalu kami berjalan menuju
tempat para penyamun tadi mengumpulkan barang dagangan kami yang dijarahnya dan
menemukan kedua pemimpin mereka tewas tergeletak dengan sepasang bakiak di
dekat kepala mereka.
Menurut kami, setelah merasakan bencana yang menimpa para
kafilah dan didorong hasrat untuk menolongnya, pastilah Guru telah mencoba
melemparkan sandalnya dengan cara tertentu sehingga kedua gembong penyamun yang
akhirnya para anggotanya mengaku bersalah, terbunuh'."